Pengertian, Aspek-Aspek, dan 5 Tips Menghadapi Quarter Life Crisis
October 29, 2021 2021-10-29 18:42Pengertian, Aspek-Aspek, dan 5 Tips Menghadapi Quarter Life Crisis
Pengertian, Aspek-Aspek, dan 5 Tips Menghadapi Quarter Life Crisis
Ada keadaan dimana manusia tidak mampu menyelesaikan masalah perkembangan, merasa bingung, tidak memiliki arah, harapan yang tidak tercapai, serta khawatir dengan masa depan. Biasanya masalah tersebut terjadi pada usia 18 sampai dengan 29 tahun. Periode tersebut disebut emerging adulthood. Tidak semua individu mampu untuk menyelesaikan tantangan pada tahap emerging adulthood dan dan pada waktu yang lama. Fenomena-fenomena ini disebut dengan krisis emosional atau quarter life crisis.
Quarter life crisis juga merupakan fenomena masalah psikososial. Istilah quarter life crisis menjadi sebuah fenomena yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini. Karena banyaknya individu yang tidak sadar sedang mengalami masalah tersebut, tidak mengetahui dampak negatifnya, dan cara bagaimana cara mengatasinya. Hasil data survey Linkedin pada tahun 2017 menyatakan sebanyak 75% dari usia 25-33 tahun di dunia mengaku pernah mengalami quarter life crisis dengan usia rata-rata 27 tahun (jatimprov.go.id).
Quarter life crisis belum adanya kejelasan arah hidup individu. Krisis yang dialami pada usia remaja dan dewasa ditambah dengan banyaknya tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi. Terutama tuntutan dari orangtua dan keluarga. Mereka mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya seperti kesuksesan, dapat pekerjaan, nilai yang tinggi dan sebagainya. Sebenarnya itu tidak salah. Namun, akan menjadi sangat salah ketika orangtua atau keluarga menaruh ekspektasi yang tinggi dan harus dipenuhi. Padahal setiap anak memiliki kapasitas masing-masing dan mereka juga memiliki keinginan sendiri untuk dirinya.
Dalam artikel ini, pembaca akan mengetahui berbagai hal tentang quarter life crisis.
Table of Contents
Pengertian Quarter Life Crisis
Robbins dan Wilner (2001) suatu keadaan yang terjadi akibat dari ketidaksiapan mereka pada saat proses transisi dari masa remaja menuju dewasa.
Byock (2010) mendefinisikan quarter-life crisis merupakan hasil dari dampak memasuki realita fase dewasa dengan dorongan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan kreatif karena adanya berbagai pilihan yang diambil, seperti pekerjaan, pendidikan, hubungan, dll.
Dapat disimpulkan quarter-life crisis adalah suatu respon terhadap apa yang dialami seperti kestabilan, perubahan, pilihan-pilihan, serta perasaan bingun dan cemas pada retan usia 18 hingga 29 tahun.
Aspek-Aspek Quarter Life Crisis
Ada 7 aspek quarter life crisis menurut dari Robbins dan Wilner (2001), yaitu:
1. Kebimbangan mengambil keputusan
Masa dewasa merupakan masa dimana individu memulai unuk kehidupan yang mendiri. Menentukan dan memilih pilihan untuk hidupnya seniri. Individu akan menemukan banyak pilihan dan tentu pilihan-pilihan tersebut memiliki risiko. Kebimbangn dalam mengambil keputusan ini juga disebabkan karena belum adanya pengalaman yang dimiliki, ketidaktahuan cara untuk meminimalisir risiko dan menyelesaikan masalah yang mungkin ditemui nantinya. Semakin banyak pilihan-pilihan hidup tersebut, akan membuat individu merasa bingung.
2. Putus Asa
Tidak terwujudnya harapan membuat individu merasa bersalah pada dirinya sendiri. Merasa gagal dan usaha yang dilakukan sia-sia. Hal tersebut membuat Individu takut untuk mencoba hal-hal baru. Sehingga membuat individu sulit untuk mengembangkan diri. Sebenarnya individu harus belajar dari yang namanya kegagalan, karena untuk mengetahui bagaimana rasanya ketika harapan tidak tercapai dan menemukan cara baru untuk mencapai kegagalan yang dialami.
3. Penilaian diri yang negatif
Keraguan dan ketakutan akan kegagalan, serta bingung dalam mengambil keputusan membuat individu merasa tertekan. Individu akan merasa ragu dengan kemampuan yang dimiliki. Sehingga mengalami quarter life crisis berupa penilaian negatif pada diri sendiri bermunculan, membandingkan diri dengan orang lain, serta melakukan kritik terhadap dirinya.
4. Terjebak Pada situasi yang sulit
Faktor lingkungan menjadi hal penting bagi keberadaan individu. Tidak jarang situasi dan keadaan membuat individu terjebak, dihadapkan dengan keadaan tersebut membuat dia mengambil keputusan yang berat. Keadaan-keadaan seperti ini akan membuat individu semakin bingung dengan apa yang sedang dihadapinya.
5. Perasaan Cemas
Banyaknya harapan dan ekspektasi tinggi yang harus tanggung dan dipenuhi menambah beban individu. Kekhawatiran dan kecemasan akan harapan-harapan tersebut bisa dipenuhi atau tidak. Jika tidak berhasil bukan hanya dirinya yang kecewa tetapi juga orang tua dan yang lainnya. Hal ini membuat individu menuntut lebih pada dirinya, seperti sifat perfeksionis dan tidak percaya dengan orang lain. Individu dihantui dengan kecemasan dan bayang-bayang harus tercapai dan harus sempurna.
6. Tertekan
Selain adanya tuntutan, keharusan dalam diri membuat individu tidak produktif dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan kurang efektif. Keharusan tersebut secara tidak sadar membuat dirinya tertekan. Ditambah dengan adanya kegagalan yang dialami memicu keadaan semakin tersiksa.
7. Kekhawatiran Terhadap Relasi Interpersonal
Hubungan dengan keluarga dan teman adalah aspek penting dalam kehidupan individu. Keluarga dan teman menjadi support system yang membantu mendukung individu. Terkadang keluarga menjadi faktor munculnya masalah. Begitu juga dengan teman, karena dapat membuat individu berada dalam masalah karena salah memilih teman. Terlalu memilih teman juga membuat relasi yang dimiliki kurang efektif.
Pada aspek lain, budaya Indonesia usia 25 tahun keatas umumnya sudah menikah. Keberadaan budaya ini menjadikan keadaan yang dihadapi individu semakin komplek. Mulai muncul pertanyaan kapan akan menikah, apakah orang yang dipilih sudah tepat, dll.
Baca juga: 4 Dampak Nagatif dan Faktor Prokrastinasi Akademik. Avoid Procrastination
Tips Mengatasi Quarter Life Crisis
- Kenali Diri Anda

Setiap orang memiliki kepribadian, keterampilan, serta kapasitas kemampuan yang berbeda. Untuk itu sangat perlu mengenali segala yang ada dalam diri yang mencakup kepribadian, keterampilan diri, serta kelebihan dan kelemahan. Orang yang telah mengenali diri dengan baik mampu menerima apa pun yang ada dalam dirinya.
- Tidak membandingkan diri

Membandingkan kemampuan diri dan pencapaian menjadi masalah yang sering dihadapi. Ini didukung dengan adanya media sosial yang memudahkan orang berbagi informasi. Menilai dari apa yang dilihat tidaklah cukup untuk membandingkan suatu pencapaian. Sebab yang terlihat dan diperlihatkan adalah hasil yang telah berhasil dicapai.
Perlu untuk disadari bahwa kehidupan seseorang tidak semuanya sama. Membandingkan diri akan menjadi penyakit ketika Anda mengkritik diri sendiri, tidak terima dengan kegagalan, dan tidak menerima diri sendiri.
- Menentukan Perencanaan

Setiap orang pasti memiliki cita-cita yang ingin dicapai. Agar hal tersebut lebih jelas, Anda harus menentukan rentan waktu untuk mencapai cita-cita tersebut. Ini akan membantu mempermudah langkah-langkah yang harus dipersiapkan dan merealisasikannya.
- Mencari Lingkungan Baru

Saat keberadaan Anda sudah lingkungan sudah tidak nyaman dan merasa tertekan itu menandakan perlunya mengubah lingkungan. Jika sulit untuk menemukan lingkungan yang baru, perkecil sirkel hubungan anda dengan teman atau keluarga, bisa juga bergabung dengan komunitas, ikut webinar tentang mental health. Secara tidak langsung, itu merupakan cara memilih lingkungan dan orang-orang yang tepat untuk menjadi support system. Support system tepat membantu Anda dalam segala situasi dan keadaan yang dihapi.
- Tidak Ragu Untuk Bertindak

Kebingungan, keraguan, putus asa dan lainnya harus segera disingkir dari dalam diri. Jika selalu bingung atau ragu untuk mengambil keputusan itu semakin membuat ketakutan Anda semakin nyata. Ketika tidak mengambil keputusan apa pun, tidak akan ada satu langkah yang berubah dalam diri. Niat tidak akan cukup tanpa tindakan, berhasil dan gagal itu adalah urusan nanti.
Banyak fase yang dihadapi oleh seseorang dalam hidup, baik yang telah dilalui atau yang akan dihadapi pada kemudian hari. Seiring berjalannya waktu, pada usia tertentu perkembangan manusia akan mengahadapi fase yang baru. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah remaja atau yang biasa disebut dengan fase pencarian jati diri. Memasuki tahap perkembangan dewasa inidvidu akan menghadapi proses-proses kehidupan yang baru, lebih sulit, dan tentu berbeda dari tahap sebelumnya. Sangat perlu untuk kita mempersipakan diri untuk menhadapi masa quarter life crisis .
Baca juga: Amazing 5 Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan
Comment (1)
WOW!, 3 Super Pentingnya Informasi Yang Bagi Kehidupan
[…] Juga: Pengertian, Aspek-Aspek, dan 5 Tips Menghadapi Quarter Life […]